Comentários do leitor

Napak Tilas Pangerang Suryakencana di Gede Pangrango

por Marianne Francois (20/10/2021)


Legenda dan Mitos Gunung Gede Pangrango _ Gunung Gede Pangrango selain terkenal sebab keindahan alamnya juga dikenal dengan cerita legenda yang melatarinya. Salah satu cerita yang paling fenomenal yaitu seputar Raden Suryakencana Winata Mangkubumi atau biasa disebut Pangeran Suryakencana.

Konon kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah daerah bersemayam Pangeran Suryakencana. Sejarah dan legendanya ialah kepercayaan masyarakat di sekitar, merupakan perihal eksistensi Pangeran Suryakencana dan Prabu Siliwangi di pendakian gunung gede pangrango tersebut.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Sampai sekarang, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun. Konon, Eyang Suryakencana bersama rakyat jin menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Napak Tilas Eyang Suryakencana

Raden Haji Suryakencana ra. dengan nama komplit Raden Surya Kencana Winata Mangkubumi ialah putra dari pernikahan Raden Aria Wira Tanu atau yang lebih diketahui Dalem Cikundul (Pendiri Cianjur) dengan seorang putri jin Nyai Tina Dewisrina.

Nyai Tina Dewisrina yakni format dari tiga Jin bernama Arum Wangi, Arum Endah, dan Arum Sari putri dari Raja Jin Islam Syeh Zubaedi di negeri Batu Agung, Tengger Agung, Sagala Herang, Subang.

Dari pernikahan tersebut melahirkan tiga putra ialah Raden Suryakencana yang dititipkan di Gunung Gede, Raden Sukaesih Carancang Kancana yang dititipkan di Gunung Ciremai, dan Raden Andaka Wirusajagat yang dititipkan di Gunung Kumbang, Karawang.

Ayahnya yang bernama Pangeran Aria Wira Tanu Datar semasa kecil memiliki nama Raden Jayasasana yang adalah putra dari Raden Aria Wangsa Goparana. Beliau bersama saudaranya yang bernama Panembahan Giri Laya adalah generasi pertama dari Munding Sari yang masuk islam dan menjadi ulama besar serta memiliki pesantren di kawasan Sagalaherang.

Raden Suryakencana kala itu pernah diutus ayahnya untuk menyebarkan agama Islam di Cikarang. Raden Jayasasana konon acap kali berkhalwat di Cikundul salah satu wilayah di Cikalong Kulon, Cianjur.

Menurut babad Cianjur, Pangeran Suryakencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga sekarang bersemayam di Gunung Gede.

Sebuah batu yang berbentuk pelana yang dipercaya sebagai Petilasan singgasana Eyang Suryakencana hingga saat inipun masih ada di tengah alun-alun Suryakencana. Dialun-alun inilah menurut cerita legenda bahwa Pangeran Suryakencana dengan para jin pengikutnya membikin lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Konsep Leuit atau lumbung padi adalah sebuah konsep ketahanan pangan yang digunakan oleh para leluhur Sunda dimana mereka sudah memikirkan kekuatan tampung dan kekuatan dukung akan skor kehidupan dikala itu dan yang akan datang.