Hari Kartini diperingati tiap-tiap tanggal 21 April.
Peringatan Hari berdasarkan pada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.
RA Kartini jadi sosok yang kondang atas idenya di dalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.
Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini terhitung menerbitkan karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, ada 70 kutipan kalimat bijak yang pernah dikemukakan RA Kartini.
Kata-kata bijak selanjutnya perihal emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, cherryjuicerecordings sampai cinta.
Baca juga: Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini
Buku RA Kartini.
Berikut 70 kutipan kata-kata bijak RA Kartini, dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:
1. "Seorang guru bukan cuma sebagai pengasah anggapan saja, melainkan termasuk pendidik budi pekerti."
2. "Tetapi apalah bermakna pandai di dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, jikalau ia tidak dapat menerangkannya secara mengetahui kepada murid-murid."
3. "Gadis yang pikirannya telah dicerdaskan, pemandangannya udah diperluas, tidak bakal sanggup lagi hidup di didalam dunia nenek moyangnya."
4. "Kita mampu menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya."
5. "Untuk saat didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: berasal dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka dapat menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya."
6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang selanjutnya apalagi terhitung sampai waktu ini adalah hidup serasi dengan laki-laki."
7. "Rampaslah semua harta benda saya, asalkan jangan pena saya."
8. "Pendidikan sekolah bagi anak-anak terhadap pas saat ini merupakan hal yang biasa sekali, namun terkecuali kuantitas anak raih 25 orang, bagaimana mungkin pendidikan yang sebaik-baiknya itu bisa diusahakan bagi mereka semua? Orang tidak berhak melahirkan anak jika dia tidak mampu menghidupinya."
9. "Bila orang hendak betul-betul memajukan peradaban, maka kecerdasan anggapan dan pertumbuhan budi wajib sama-sama dimajukan."
10. "Adalah suatu pertolongan dan perlindungan besar sekali bagi orang laki-laki terkecuali perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."
11. "Ketidaksetaraan perempuan ini akibat berasal dari dibatasinya akses perempuan untuk memperoleh pengetahuan sehingga perempuan jadi bodoh. Sehingga langkah salah satu adalah perempuan kudu sekolah."
12. "Simpati itu bagi kami merupakan kepuasan, kekuatan, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."
13. "Dan gadis-gadis terlebih terlalu kesusahan hidupnya, gara-gara mereka telah berada di daerah di mana alam tiap tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, seumpama perempuan mesti tinggal bersama dengan damai serumah bersama dengan madunya?"
14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan harus memperdengarkan suaranya! Masih bakal dapatkah bersama dengan tenang orang menyebutkan 'keadaan mereka baik' kecuali orang memandang dan menyadari semuanya, yang sudah kita lihat dan kami ketahui itu?"
15. "Dan pada pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, tetapi budi pun kudu dipertinggi."
16. "Apabila kita berharap orang lain ikuti jejak kami, maka perumpamaan yang kami memberikan haruslah suatu hal yang berbicara, menimbulkan rasa kagum dan permintaan untuk menirunya."
17. "Kami anak-anak perempuan tidak boleh membawa pendapat, kami perlu terima dan menyetujui serta mengamini semua yang dianggap baik oleh orang lain."
18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi adalah pembuktian diri yang sesuai antara raga yang tangguh, namun hati selamanya patuh. Emansipasi tersedia penerimaan. Penerimaan diri bahwa setiap area tersedia empu yang dikodratkan dan dipantaskan."
19. "Saya akan mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling lihat sebagai makhluk yang sama. Saya bakal menambahkan pendidikan yang mirip kepada mereka, pasti saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, saya berniat bakal menghapuskan batas yang menggelikan antara laki-laki dan perempuan yang dibikin orang sedemikian cermatnya."
20. "Pendidikan untuk wanita terlampau penting di dalam konteks menolong perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi kecuali keliru kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, bermakna serupa saja bersama dengan membodoh lagi."
21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka ada di tangan kita! Kiranya demikian semboyan kebanyakan pembesar. Mereka tidak bahagia menyaksikan orang-orang lain terhitung mengidamkan ilmu dan kemajuan."
22. "Tidak kudu penjelasan kenapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak mampu pesat, seumpama dalam hal itu perempuan terbelakang. Setiap pas kemajuan perempuan itu ternyata merupakan faktor perlu di dalam peradaban bangsa."
23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan berbarengan bekerja merubah suasana yang tak terderita ini."
24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan jaman depan itu."
24. "Pandai itu tidak merupakan kebahagiaan untuk tiap-tiap orang. Celakalah seumpama orang dapat berpikir tapi tidak boleh; andaikan orang sanggup merasa, sanggup dan mau, tapi tidak boleh. Lebih baik tetap bodoh saja."
25. "Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan saya dapat menunjukkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."
26. "Kecerdasan otak saja tidak artinya segala-galanya. Harus tersedia terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terkait bersama dengan orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, juga hati kudu dibimbing, jika tidak demikianlah peradaban tinggal permukaannya saja."
27. "Ikhtiar! Berjuanglah membiarkan diri. Jika engkau sudah bebas gara-gara ikhtiarmu itu, barulah sanggup engkau tolong orang lain."
28. "Jika kita tidak mencari pengetahuan, maka hidup kita tidak dapat puas dan kehidupan kami dapat semakin mundur."
29. "Karena sekiranya taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."
30. "Habis gelap terbitlah terang."
31. "Tiada awan di langit yang selalu selamanya. Tiada mungkin dapat konsisten terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi mempunyai keindahan. Kehidupan manusia sama alam."
32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti bakal mati. Janganlah hendak bermimpi seumpama lebih pernah udah diketahui nanti bakal bangun dengan teramat mengecewakan."
33. "Jangan kau katakan aku tidak dapat, tetapi katakan aku mau."
34. "Kami mengira kita tahu banyak sekali, namun memang kami tidak mengetahui apa-apa. Kami mengira kita membawa kemauan, kemauan besi. Kami mengira kami mampu memindahkan gunung namun nyatanya cuma setitik air mata pedih, sekejap pandangan mata duka cita berasal dari mata yang kita sayangi dan patahlah kapabilitas kami."
35. "Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim bersama dengan menyadari yang tidak benar mengenai benar dan salah, berkenaan baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."
36. "Dalam hatinya sebab perlawanan terhadap kondisi zaman, jiwanya jadi matang. Ia tidak akan, tidak sudi tunduk. Ia harus menempuh jalur baru."
37. "Percayalah bakal masa depan."
38. "Para lanjut usia, jangan menampik segala yang baru. Ingatlah, bahwa semua yang sekarang telah tua, terhitung dulu baru."
39. "Ketidaksetaraan inilah yang mengakibatkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."
40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan letih untuk mengusahakan gigih membela seluruh yang baik."
41. "Kami yakin, seandainya seseorang berani memulai, banyak yang bakal mengikuti."
42. "Angkatan muda, tak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri sanggup berbuat sesuatu untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Tetapi bila kita bersatu, mempersatukan kebolehan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil usaha kita bakal lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."
43. "Kita kudu hidup berbarengan dan untuk seluruh manusia. Tujuan hidup kita ialah menyebabkan hidup lebih indah."
44. "Sudah jauh dan lama kita mencari, dan kami tiadalah tahu, benar-benar dekatnya, selalu terhadap kami barang yang kita cari itu, tersedia di dalam diri kita sendiri."
45. "Perbuatan aku itu bakal lebih banyak menarik hati orang sebangsa aku daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira."
46. "Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu bersama dengan yang lain saat mereka baru bersua pertama kali dalam kehidupan ini sehabis mereka terikat di dalam pernikahan?"
47. "Kita meminta untuk dicintai--bukan ditakuti."
48. "Tiada hal yang lebih indah tidak cuman sanggup menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta."
49. "Saat suatu interaksi berakhir, bukan artinya orang berhenti saling mencintai. Mereka cuma berhenti saling menyakiti."
50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tidak mau dipaksa, tidak sudi diikat dimana pun juga. Datang tanpa diundang, tidak disangka-sangka. Dan dengan sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke didalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengenal bersama dengan ikatan-ikatan erat!"
51. "Maksud Tuhan pada kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kami sebagai rahmat dan tidak sebagai beban, kami manusia sendiri umumnya membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan."
52. "Agama wajib merawat kami berasal dari kelakuan dosa, tapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."
53. "Ingin benar saya pakai gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."
54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi berasal dari ibu jasmani."
55. "Tugas manusia ialah jadi manusia."
56. "Harta paling suci di dunia ialah hati laki-laki yang luhur."
57. "Banyak perihal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya perihal yang sangat sanggup menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."
58. "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang berkunjung dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."
59. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah sepanjang engkau mampu bermimpi! Bila ga ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebetulnya kejam."
60. "Tahukah engkau semboyanku? Aku Mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah sebagian kali menunjang dan mempunyai saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' membawa dampak kami ringan mendaki puncak gunung."
61. "Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh basic rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."
62. "Terkadang, ada problem kudu kamu rasakan terutama dahulu sebelum akan kebahagiaan yang prima mampir kepadamu."
63. "Jangan pernah menyerah jika anda masih inginkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah dikarenakan kamu selangkah lagi untuk menang."
64. "Tak hiraukan seberapa keras anda mencoba, kamu tak bakal dulu sanggup menyangkal apa yang anda rasa. Jika kamu sebetulnya punya nilai di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih baik darimu."
65. "Adakah yang lebih hina, daripada terkait kepada orang lain?"
66. "Karena tersedia bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan ringan mati, kadang waktu timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."
67. "Sebab barang siapa tidak sanggup merasakan sakit, dia termasuk kebal terhadap rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak juga bisa merasakan nikmat yang sesungguhnya."
68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang mampu bertahan di dalam topan semacam itu, sanggup melawan kekejaman dan kekerasan dunia."
69. "Kesadaran anak-anak perlu dibangunkan, bahwa mereka harus mencukupi panggilan budi didalam masyarakat terhadap bangsa yang bakal mereka kemudikan."
70. "Petani paling baik tidak akan memungut padi berasal dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum saat menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak dapat dapat terhitung pakar bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"
70 Kutipan RA Kartini, Kata Bijak tentang Emansipasi Perempuan hingga Cinta untuk Status di Sosmed
por Boyd Windham (25/11/2021)
Peringatan Hari berdasarkan pada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.
RA Kartini jadi sosok yang kondang atas idenya di dalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.
Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini terhitung menerbitkan karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, ada 70 kutipan kalimat bijak yang pernah dikemukakan RA Kartini.
Kata-kata bijak selanjutnya perihal emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, cherryjuicerecordings sampai cinta.
Baca juga: Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini
Buku RA Kartini.
Berikut 70 kutipan kata-kata bijak RA Kartini, dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:
1. "Seorang guru bukan cuma sebagai pengasah anggapan saja, melainkan termasuk pendidik budi pekerti."
2. "Tetapi apalah bermakna pandai di dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, jikalau ia tidak dapat menerangkannya secara mengetahui kepada murid-murid."
3. "Gadis yang pikirannya telah dicerdaskan, pemandangannya udah diperluas, tidak bakal sanggup lagi hidup di didalam dunia nenek moyangnya."
4. "Kita mampu menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya."
5. "Untuk saat didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: berasal dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka dapat menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya."
6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang selanjutnya apalagi terhitung sampai waktu ini adalah hidup serasi dengan laki-laki."
7. "Rampaslah semua harta benda saya, asalkan jangan pena saya."
8. "Pendidikan sekolah bagi anak-anak terhadap pas saat ini merupakan hal yang biasa sekali, namun terkecuali kuantitas anak raih 25 orang, bagaimana mungkin pendidikan yang sebaik-baiknya itu bisa diusahakan bagi mereka semua? Orang tidak berhak melahirkan anak jika dia tidak mampu menghidupinya."
9. "Bila orang hendak betul-betul memajukan peradaban, maka kecerdasan anggapan dan pertumbuhan budi wajib sama-sama dimajukan."
10. "Adalah suatu pertolongan dan perlindungan besar sekali bagi orang laki-laki terkecuali perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."
11. "Ketidaksetaraan perempuan ini akibat berasal dari dibatasinya akses perempuan untuk memperoleh pengetahuan sehingga perempuan jadi bodoh. Sehingga langkah salah satu adalah perempuan kudu sekolah."
12. "Simpati itu bagi kami merupakan kepuasan, kekuatan, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."
13. "Dan gadis-gadis terlebih terlalu kesusahan hidupnya, gara-gara mereka telah berada di daerah di mana alam tiap tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, seumpama perempuan mesti tinggal bersama dengan damai serumah bersama dengan madunya?"
14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan harus memperdengarkan suaranya! Masih bakal dapatkah bersama dengan tenang orang menyebutkan 'keadaan mereka baik' kecuali orang memandang dan menyadari semuanya, yang sudah kita lihat dan kami ketahui itu?"
15. "Dan pada pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, tetapi budi pun kudu dipertinggi."
16. "Apabila kita berharap orang lain ikuti jejak kami, maka perumpamaan yang kami memberikan haruslah suatu hal yang berbicara, menimbulkan rasa kagum dan permintaan untuk menirunya."
17. "Kami anak-anak perempuan tidak boleh membawa pendapat, kami perlu terima dan menyetujui serta mengamini semua yang dianggap baik oleh orang lain."
18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi adalah pembuktian diri yang sesuai antara raga yang tangguh, namun hati selamanya patuh. Emansipasi tersedia penerimaan. Penerimaan diri bahwa setiap area tersedia empu yang dikodratkan dan dipantaskan."
19. "Saya akan mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling lihat sebagai makhluk yang sama. Saya bakal menambahkan pendidikan yang mirip kepada mereka, pasti saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, saya berniat bakal menghapuskan batas yang menggelikan antara laki-laki dan perempuan yang dibikin orang sedemikian cermatnya."
20. "Pendidikan untuk wanita terlampau penting di dalam konteks menolong perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi kecuali keliru kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, bermakna serupa saja bersama dengan membodoh lagi."
21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka ada di tangan kita! Kiranya demikian semboyan kebanyakan pembesar. Mereka tidak bahagia menyaksikan orang-orang lain terhitung mengidamkan ilmu dan kemajuan."
22. "Tidak kudu penjelasan kenapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak mampu pesat, seumpama dalam hal itu perempuan terbelakang. Setiap pas kemajuan perempuan itu ternyata merupakan faktor perlu di dalam peradaban bangsa."
23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan berbarengan bekerja merubah suasana yang tak terderita ini."
24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan jaman depan itu."
24. "Pandai itu tidak merupakan kebahagiaan untuk tiap-tiap orang. Celakalah seumpama orang dapat berpikir tapi tidak boleh; andaikan orang sanggup merasa, sanggup dan mau, tapi tidak boleh. Lebih baik tetap bodoh saja."
25. "Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan saya dapat menunjukkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."
26. "Kecerdasan otak saja tidak artinya segala-galanya. Harus tersedia terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terkait bersama dengan orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, juga hati kudu dibimbing, jika tidak demikianlah peradaban tinggal permukaannya saja."
27. "Ikhtiar! Berjuanglah membiarkan diri. Jika engkau sudah bebas gara-gara ikhtiarmu itu, barulah sanggup engkau tolong orang lain."
28. "Jika kita tidak mencari pengetahuan, maka hidup kita tidak dapat puas dan kehidupan kami dapat semakin mundur."
29. "Karena sekiranya taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."
30. "Habis gelap terbitlah terang."
31. "Tiada awan di langit yang selalu selamanya. Tiada mungkin dapat konsisten terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi mempunyai keindahan. Kehidupan manusia sama alam."
32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti bakal mati. Janganlah hendak bermimpi seumpama lebih pernah udah diketahui nanti bakal bangun dengan teramat mengecewakan."
33. "Jangan kau katakan aku tidak dapat, tetapi katakan aku mau."
34. "Kami mengira kita tahu banyak sekali, namun memang kami tidak mengetahui apa-apa. Kami mengira kita membawa kemauan, kemauan besi. Kami mengira kami mampu memindahkan gunung namun nyatanya cuma setitik air mata pedih, sekejap pandangan mata duka cita berasal dari mata yang kita sayangi dan patahlah kapabilitas kami."
35. "Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim bersama dengan menyadari yang tidak benar mengenai benar dan salah, berkenaan baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."
36. "Dalam hatinya sebab perlawanan terhadap kondisi zaman, jiwanya jadi matang. Ia tidak akan, tidak sudi tunduk. Ia harus menempuh jalur baru."
37. "Percayalah bakal masa depan."
38. "Para lanjut usia, jangan menampik segala yang baru. Ingatlah, bahwa semua yang sekarang telah tua, terhitung dulu baru."
39. "Ketidaksetaraan inilah yang mengakibatkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."
40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan letih untuk mengusahakan gigih membela seluruh yang baik."
41. "Kami yakin, seandainya seseorang berani memulai, banyak yang bakal mengikuti."
42. "Angkatan muda, tak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri sanggup berbuat sesuatu untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Tetapi bila kita bersatu, mempersatukan kebolehan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil usaha kita bakal lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."
43. "Kita kudu hidup berbarengan dan untuk seluruh manusia. Tujuan hidup kita ialah menyebabkan hidup lebih indah."
44. "Sudah jauh dan lama kita mencari, dan kami tiadalah tahu, benar-benar dekatnya, selalu terhadap kami barang yang kita cari itu, tersedia di dalam diri kita sendiri."
45. "Perbuatan aku itu bakal lebih banyak menarik hati orang sebangsa aku daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira."
46. "Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu bersama dengan yang lain saat mereka baru bersua pertama kali dalam kehidupan ini sehabis mereka terikat di dalam pernikahan?"
47. "Kita meminta untuk dicintai--bukan ditakuti."
48. "Tiada hal yang lebih indah tidak cuman sanggup menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta."
49. "Saat suatu interaksi berakhir, bukan artinya orang berhenti saling mencintai. Mereka cuma berhenti saling menyakiti."
50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tidak mau dipaksa, tidak sudi diikat dimana pun juga. Datang tanpa diundang, tidak disangka-sangka. Dan dengan sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke didalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengenal bersama dengan ikatan-ikatan erat!"
51. "Maksud Tuhan pada kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kami sebagai rahmat dan tidak sebagai beban, kami manusia sendiri umumnya membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan."
52. "Agama wajib merawat kami berasal dari kelakuan dosa, tapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."
53. "Ingin benar saya pakai gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."
54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi berasal dari ibu jasmani."
55. "Tugas manusia ialah jadi manusia."
56. "Harta paling suci di dunia ialah hati laki-laki yang luhur."
57. "Banyak perihal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya perihal yang sangat sanggup menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."
58. "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang berkunjung dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."
59. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah sepanjang engkau mampu bermimpi! Bila ga ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebetulnya kejam."
60. "Tahukah engkau semboyanku? Aku Mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah sebagian kali menunjang dan mempunyai saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' membawa dampak kami ringan mendaki puncak gunung."
61. "Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh basic rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."
62. "Terkadang, ada problem kudu kamu rasakan terutama dahulu sebelum akan kebahagiaan yang prima mampir kepadamu."
63. "Jangan pernah menyerah jika anda masih inginkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah dikarenakan kamu selangkah lagi untuk menang."
64. "Tak hiraukan seberapa keras anda mencoba, kamu tak bakal dulu sanggup menyangkal apa yang anda rasa. Jika kamu sebetulnya punya nilai di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih baik darimu."
65. "Adakah yang lebih hina, daripada terkait kepada orang lain?"
66. "Karena tersedia bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan ringan mati, kadang waktu timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."
67. "Sebab barang siapa tidak sanggup merasakan sakit, dia termasuk kebal terhadap rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak juga bisa merasakan nikmat yang sesungguhnya."
68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang mampu bertahan di dalam topan semacam itu, sanggup melawan kekejaman dan kekerasan dunia."
69. "Kesadaran anak-anak perlu dibangunkan, bahwa mereka harus mencukupi panggilan budi didalam masyarakat terhadap bangsa yang bakal mereka kemudikan."
70. "Petani paling baik tidak akan memungut padi berasal dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum saat menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak dapat dapat terhitung pakar bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"
Berita lainnya mengenai Hari Kartini