Comentários do leitor

70 Kutipan RA Kartini, Kata Bijak tentang Emansipasi Perempuan hingga Cinta untuk Status di Sosmed

por Nelly Canada (23/11/2021)


Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April.

Peringatan Hari berdasarkan pada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.

RA Kartini jadi sosok yang kondang atas idenya di dalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.

Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini termasuk menerbitkan karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, tersedia 70 kutipan kalimat bijak yang pernah dikemukakan RA Kartini.

Kata-kata bijak tersebut berkenaan emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, sampai cinta.

Baca juga: https://vntennis.net/ Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini

Buku RA Kartini.

Berikut 70 kutipan kata-kata bijak RA Kartini, dirangkum berasal dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:

1. "Seorang guru bukan cuma sebagai pengasah pikiran saja, melainkan termasuk pendidik budi pekerti."

2. "Tetapi apalah bermakna pandai dalam pengetahuan yang hendak diajarkan itu, kalau ia tidak dapat menerangkannya secara mengerti kepada murid-murid."

3. "Gadis yang pikirannya telah dicerdaskan, pemandangannya udah diperluas, tidak dapat sanggup kembali hidup di dalam dunia nenek moyangnya."

4. "Kita sanggup menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti jadi wanita sepenuhnya."

5. "Untuk pas didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: berasal dari sinilah peradaban bangsa wajib dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka bakal menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya."

6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang lalu lebih-lebih juga sampai pas ini adalah hidup selaras bersama dengan laki-laki."

7. "Rampaslah seluruh harta benda saya, asalkan jangan pena saya."

8. "Pendidikan sekolah bagi anak-anak terhadap selagi sekarang merupakan hal yang biasa sekali, tapi kecuali jumlah anak raih 25 orang, bagaimana bisa saja pendidikan yang sebaik-baiknya itu bisa diusahakan bagi mereka semua? Orang tidak berhak melahirkan anak misalnya dia tidak bisa menghidupinya."

9. "Bila orang hendak betul-betul memajukan peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi kudu sama-sama dimajukan."

10. "Adalah suatu bantuan dan pertolongan besar sekali bagi orang laki-laki terkecuali perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."

11. "Ketidaksetaraan perempuan ini akibat berasal dari dibatasinya akses perempuan untuk meraih ilmu agar perempuan menjadi bodoh. Sehingga cara cuma satu adalah perempuan kudu sekolah."

12. "Simpati itu bagi kita merupakan kepuasan, kekuatan, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."

13. "Dan gadis-gadis terlebih terlalu ada masalah hidupnya, dikarenakan mereka telah berada di area di mana alam setiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, bila perempuan perlu tinggal bersama damai serumah bersama dengan madunya?"

14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan kudu memperdengarkan suaranya! Masih dapat dapatkah bersama dengan tenang orang menyebutkan 'keadaan mereka baik' kalau orang lihat dan sadar semuanya, yang sudah kami melihat dan kita ketahui itu?"

15. "Dan terhadap pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi."

16. "Apabila kami menghendaki orang lain mengikuti jejak kami, maka misal yang kita memberikan haruslah suatu hal yang berbicara, mengakibatkan rasa takjub dan keinginan untuk menirunya."

17. "Kami anak-anak perempuan tidak boleh mempunyai pendapat, kita wajib menerima dan menyetujui serta mengamini seluruh yang dianggap baik oleh orang lain."

18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi adalah pembuktian diri yang sesuai pada raga yang tangguh, tetapi hati selalu patuh. Emansipasi ada penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap-tiap tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan."

19. "Saya akan mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling memandang sebagai makhluk yang sama. Saya dapat memberi tambahan pendidikan yang sama kepada mereka, pasti saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku berniat dapat menghapuskan batas yang menggelikan pada laki-laki dan perempuan yang dibuat orang sedemikian cermatnya."

20. "Pendidikan untuk wanita sangat penting di dalam konteks membantu perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi jika salah kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, bermakna sama saja dengan membodoh lagi."

21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka tersedia di tangan kita! Kiranya demikian semboyan kebanyakan pembesar. Mereka tidak bahagia lihat orang-orang lain juga menginginkan pengetahuan dan kemajuan."

22. "Tidak mesti penjelasan kenapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak sanggup pesat, bila dalam hal itu perempuan terbelakang. Setiap selagi kemajuan perempuan itu ternyata merupakan aspek perlu didalam peradaban bangsa."

23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kami berjabatan tangan dan bersama bekerja merubah situasi yang tak terderita ini."

24. "Dalam tangan anaklah terletak jaman depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu."

24. "Pandai itu tidak merupakan kebahagiaan untuk tiap-tiap orang. Celakalah kalau orang sanggup berpikir tetapi tidak boleh; seandainya orang sanggup merasa, sanggup dan mau, tetapi tidak boleh. Lebih baik tetap bodoh saja."

25. "Kami manusia, layaknya halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan aku dapat menunjukkan, bahwa saya manusia. Manusia seperti laki-laki."

26. "Kecerdasan otak saja tidak bermakna segala-galanya. Harus ada termasuk kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terkait bersama orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, terhitung hati wajib dibimbing, jika tidak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."

27. "Ikhtiar! Berjuanglah melepaskan diri. Jika engkau udah bebas dikarenakan ikhtiarmu itu, barulah bisa engkau tolong orang lain."

28. "Jika kami tidak melacak pengetahuan, maka hidup kita tidak dapat puas dan kehidupan kita bakal makin lama mundur."

29. "Karena seumpama taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."

30. "Habis gelap terbitlah terang."

31. "Tiada awan di langit yang selalu selamanya. Tiada kemungkinan dapat terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi mempunyai keindahan. Kehidupan manusia serupa alam."

32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang tentu akan mati. Janganlah hendak bermimpi bila lebih pernah udah diketahui nanti bakal bangun bersama teramat mengecewakan."

33. "Jangan kau katakan aku tidak dapat, tetapi katakan saya mau."

34. "Kami mengira kita memahami banyak sekali, tapi sesungguhnya kami tidak menyadari apa-apa. Kami mengira kami membawa kemauan, kemauan besi. Kami mengira kami bisa memindahkan gunung namun nyatanya cuma setitik air mata pedih, seketika pandangan mata duka cita berasal dari mata yang kita sayangi dan patahlah kapabilitas kami."

35. "Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim bersama paham yang tidak benar tentang benar dan salah, perihal baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah namun bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."

36. "Dalam hatinya sebab perlawanan terhadap keadaan zaman, jiwanya jadi matang. Ia tidak akan, tidak senang tunduk. Ia perlu menempuh jalan baru."

37. "Percayalah bakal era depan."

38. "Para lanjut usia, jangan menampik segala yang baru. Ingatlah, bahwa seluruh yang sekarang udah tua, juga dulu baru."

39. "Ketidaksetaraan inilah yang membawa dampak ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."

40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan penat untuk mengupayakan gigih membela semua yang baik."

41. "Kami yakin, bila seseorang berani memulai, banyak yang dapat mengikuti."

42. "Angkatan muda, ga ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri bisa berbuat suatu hal untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Tetapi jikalau kita bersatu, mempersatukan kemampuan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil bisnis kami bakal lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."

43. "Kita kudu hidup bersama-sama dan untuk seluruh manusia. Tujuan hidup kami ialah membuat hidup lebih indah."

44. "Sudah jauh dan lama kami mencari, dan kami tiadalah tahu, amat dekatnya, selalu pada kita barang yang kita cari itu, ada di didalam diri kami sendiri."

45. "Perbuatan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira."

46. "Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita mampu mencintai satu bersama dengan yang lain saat mereka baru berjumpa pertama kali didalam kehidupan ini setelah mereka terikat didalam pernikahan?"

47. "Kita berharap untuk dicintai--bukan ditakuti."

48. "Tiada hal yang lebih indah tak sekedar dapat menerbitkan senyum di muka mereka yang kami cinta."

49. "Saat suatu jalinan berakhir, bukan bermakna orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."

50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tidak mau dipaksa, tidak sudi diikat di mana pun juga. Datang tanpa diundang, tidak disangka-sangka. Dan dengan sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke di dalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengenal bersama dengan ikatan-ikatan erat!"

51. "Maksud Tuhan terhadap kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kita sebagai rahmat dan tidak sebagai beban, kita manusia sendiri biasanya membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan."

52. "Agama harus memelihara kita berasal dari perbuatan dosa, tapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."

53. "Ingin benar aku pakai gelar tertinggi, yakni Hamba Allah."

54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi berasal dari ibu jasmani."

55. "Tugas manusia ialah jadi manusia."

56. "Harta paling suci di dunia ialah hati laki-laki yang luhur."

57. "Banyak perihal yang mampu menjatuhkanmu. Tapi salah satu perihal yang terlampau sanggup menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

58. "Jangan mengeluhkan hal-hal tidak baik yang berkunjung didalam hidupmu. Tuhan tak dulu memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."

59. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau sanggup bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam."

60. "Tahukah engkau semboyanku? Aku Mau! Dua patah kata yang ringkas itu udah sebagian kali menunjang dan mempunyai saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' mengakibatkan kami mudah mendaki puncak gunung."

61. "Lebih banyak kami maklum, lebih tidak cukup rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kami dan makin kokoh basic rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."

62. "Terkadang, kesusahan harus kamu rasakan khususnya dahulu sebelum akan kebahagiaan yang prima mampir kepadamu."

63. "Jangan dulu menyerah kecuali anda tetap ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan mampir dikarenakan kamu selangkah kembali untuk menang."

64. "Tak pikirkan seberapa keras kamu mencoba, anda tak bakal dulu mampu menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu sebetulnya miliki nilai di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk mencari seseorang yang lebih baik darimu."

65. "Adakah yang lebih hina, daripada terkait kepada orang lain?"

66. "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula di dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan mudah mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."

67. "Sebab barang siapa tidak dapat merasakan sakit, dia termasuk kebal pada rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak terhitung sanggup merasakan nikmat yang sesungguhnya."

68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang sanggup bertahan dalam topan semacam itu, dapat melawan kekejaman dan kekerasan dunia."

69. "Kesadaran anak-anak kudu dibangunkan, bahwa mereka wajib memenuhi panggilan budi di dalam masyarakat terhadap bangsa yang bakal mereka kemudikan."

70. "Petani terbaik tidak akan memungut padi berasal dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak dapat dapat termasuk pakar bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"

Berita lainnya perihal Hari Kartini