Comentários do leitor

70 Kutipan RA Kartini, Kata Bijak tentang Emansipasi Perempuan hingga Cinta untuk Status di Sosmed

por Richard Swope (21/11/2021)


Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April.

Peringatan Hari berdasarkan pada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.

RA Kartini jadi sosok yang populer atas idenya dalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.

Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini termasuk menerbitkan karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, ada 70 kutipan kata-kata bijak yang dulu dikemukakan RA Kartini.

Kata-kata bijak tersebut tentang emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, sampai cinta.

Baca juga: Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah sampai Biografi RA Kartini

Buku RA Kartini.

Berikut 70 kutipan kalimat bijak RA Kartini, http://www.usasylum.moonfruit.com/ dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:

1. "Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan terhitung pendidik budi pekerti."

2. "Tetapi apalah berarti pandai dalam pengetahuan yang hendak diajarkan itu, andaikan ia tidak bisa menerangkannya secara memahami kepada murid-murid."

3. "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya telah diperluas, tidak dapat dapat lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya."

4. "Kita sanggup jadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti jadi wanita sepenuhnya."

5. "Untuk saat didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa wajib dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di pada bangsanya."

6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang lantas apalagi termasuk sampai selagi ini adalah hidup selaras bersama laki-laki."

7. "Rampaslah seluruh harta benda saya, asalkan jangan pena saya."

8. "Pendidikan sekolah bagi anak-anak pada kala saat ini merupakan perihal yang biasa sekali, namun kecuali kuantitas anak capai 25 orang, bagaimana barangkali pendidikan yang sebaik-baiknya itu sanggup diusahakan bagi mereka semua? Orang tidak berhak melahirkan anak andaikan dia tidak bisa menghidupinya."

9. "Bila orang hendak nyata-nyata memajukan peradaban, maka kecerdasan anggapan dan pertumbuhan budi harus sama-sama dimajukan."

10. "Adalah suatu pemberian dan dukungan besar sekali bagi orang laki-laki kecuali perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."

11. "Ketidaksetaraan perempuan ini akibat berasal dari dibatasinya akses perempuan untuk beroleh pengetahuan agar perempuan jadi bodoh. Sehingga cara hanya satu adalah perempuan mesti sekolah."

12. "Simpati itu bagi kami merupakan kepuasan, kekuatan, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."

13. "Dan gadis-gadis lebih-lebih terlampau ada masalah hidupnya, gara-gara mereka udah berada di tempat di mana alam tiap-tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, bila perempuan kudu tinggal bersama dengan damai serumah bersama madunya?"

14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan wajib memperdengarkan suaranya! Masih akan dapatkah bersama tenang orang menyebutkan 'keadaan mereka baik' jikalau orang melihat dan sadar semuanya, yang sudah kami lihat dan kami ketahui itu?"

15. "Dan terhadap pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, namun budi pun harus dipertinggi."

16. "Apabila kita menghendaki orang lain ikuti jejak kami, maka semisal yang kami berikan haruslah suatu hal yang berbicara, menyebabkan rasa terpesona dan permohonan untuk menirunya."

17. "Kami anak-anak perempuan tidak boleh mempunyai pendapat, kami harus terima dan menyetujui dan juga mengamini seluruh yang diakui baik oleh orang lain."

18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi adalah pembuktian diri yang sesuai antara raga yang tangguh, namun hati senantiasa patuh. Emansipasi ada penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap tiap daerah ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan."

19. "Saya dapat mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling melihat sebagai makhluk yang sama. Saya akan memberikan pendidikan yang serupa kepada mereka, tentu saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku punya niat dapat menghapuskan batas yang menggelikan antara laki-laki dan perempuan yang dibuat orang sedemikian cermatnya."

20. "Pendidikan untuk wanita terlalu perlu dalam konteks membantu perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi jikalau salah kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, artinya serupa saja bersama dengan membodoh lagi."

21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka tersedia di tangan kita! Kiranya demikian semboyan biasanya pembesar. Mereka tidak suka menyaksikan orang-orang lain termasuk dambakan ilmu dan kemajuan."

22. "Tidak kudu penjelasan kenapa kemajuan kepandaian penduduk Bumiputra tidak bisa pesat, seumpama dalam hal itu perempuan terbelakang. Setiap selagi kemajuan perempuan itu ternyata merupakan aspek mutlak didalam peradaban bangsa."

23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama-sama bekerja mengubah suasana yang tak terderita ini."

24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan didalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan jaman depan itu."

24. "Pandai itu tidak merupakan kebahagiaan untuk tiap tiap orang. Celakalah apabila orang bisa berpikir namun tidak boleh; kalau orang mampu merasa, bisa dan mau, tapi tidak boleh. Lebih baik senantiasa bodoh saja."

25. "Kami manusia, layaknya halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan aku berbuat dan saya dapat menunjukkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."

26. "Kecerdasan otak saja tidak berarti segala-galanya. Harus tersedia juga kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terkait bersama dengan orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, juga hati mesti dibimbing, jikalau tidak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."

27. "Ikhtiar! Berjuanglah melepas diri. Jika engkau udah bebas sebab ikhtiarmu itu, barulah bisa engkau tolong orang lain."

28. "Jika kami tidak mencari pengetahuan, maka hidup kita tidak dapat suka dan kehidupan kami akan makin lama mundur."

29. "Karena apabila taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."

30. "Habis gelap terbitlah terang."

31. "Tiada awan di langit yang selalu selamanya. Tiada bisa saja dapat berkelanjutan terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia mirip alam."

32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti akan mati. Janganlah hendak bermimpi seandainya lebih dulu telah diketahui nanti dapat bangun bersama dengan teramat mengecewakan."

33. "Jangan kau katakan saya tidak dapat, namun katakan saya mau."

34. "Kami mengira kami tahu banyak sekali, namun sebetulnya kita tidak memahami apa-apa. Kami mengira kami membawa kemauan, kemauan besi. Kami mengira kita mampu memindahkan gunung tapi nyatanya cuma setitik air mata pedih, saat itu juga pandangan mata duka cita berasal dari mata yang kita sayangi dan patahlah kapabilitas kami."

35. "Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim bersama paham yang keliru perihal benar dan salah, berkenaan baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah namun bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."

36. "Dalam hatinya karena perlawanan pada situasi zaman, jiwanya jadi matang. Ia tidak akan, tidak berkenan tunduk. Ia perlu menempuh jalan baru."

37. "Percayalah akan era depan."

38. "Para lanjut usia, jangan menampik segala yang baru. Ingatlah, bahwa semua yang sekarang udah tua, termasuk pernah baru."

39. "Ketidaksetaraan inilah yang membawa dampak ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."

40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan lelah untuk mengusahakan gigih membela semua yang baik."

41. "Kami yakin, kalau seseorang berani memulai, banyak yang dapat mengikuti."

42. "Angkatan muda, ga ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri bisa berbuat sesuatu untuk memajukan, menambah derajat bangsa kami. Tetapi misalnya kami bersatu, mempersatukan kemampuan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil bisnis kami dapat lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."

43. "Kita mesti hidup bersama dan untuk seluruh manusia. Tujuan hidup kami ialah mengakibatkan hidup lebih indah."

44. "Sudah jauh dan lama kami mencari, dan kita tiadalah tahu, benar-benar dekatnya, tetap pada kita barang yang kami cari itu, tersedia di dalam diri kami sendiri."

45. "Perbuatan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira."

46. "Bagaimana barangkali seorang pria dan wanita sanggup mencintai satu bersama yang lain saat mereka baru bertemu pertama kali di dalam kehidupan ini sehabis mereka terikat didalam pernikahan?"

47. "Kita menghendaki untuk dicintai--bukan ditakuti."

48. "Tiada perihal yang lebih indah tak hanya sanggup menerbitkan senyum di wajah mereka yang kami cinta."

49. "Saat suatu hubungan berakhir, bukan bermakna orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."

50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tidak senang dipaksa, tidak sudi diikat dimana pun juga. Datang tanpa diundang, tidak disangka-sangka. Dan bersama dengan sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke dalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang sampai saat ini belum mengenal bersama ikatan-ikatan erat!"

51. "Maksud Tuhan terhadap kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kita sebagai rahmat dan tidak sebagai beban, kami manusia sendiri biasanya membuatnya menjadi kesengsaraan dan penderitaan."

52. "Agama kudu melindungi kita dari kelakuan dosa, tapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."

53. "Ingin benar aku memanfaatkan gelar tertinggi, yakni Hamba Allah."

54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi berasal dari ibu jasmani."

55. "Tugas manusia ialah jadi manusia."

56. "Harta paling suci di dunia ialah hati laki-laki yang luhur."

57. "Banyak hal yang mampu menjatuhkanmu. Tapi cuma satu hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

58. "Jangan mengeluhkan hal-hal jelek yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."

59. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau sanggup bermimpi! Bila tak ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebetulnya kejam."

60. "Tahukah engkau semboyanku? Aku Mau! Dua patah kata yang ringkas itu telah beberapa kali membantu dan mempunyai aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' membuat kita gampang mendaki puncak gunung."

61. "Lebih banyak kita maklum, lebih tidak cukup rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan makin lama kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."

62. "Terkadang, ada masalah kudu kamu rasakan terutama dahulu sebelum akan kebahagiaan yang prima singgah kepadamu."

63. "Jangan pernah menyerah jikalau kamu tetap menginginkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan berkunjung sebab anda selangkah ulang untuk menang."

64. "Tak acuhkan seberapa keras kamu mencoba, kamu tak bakal pernah dapat menyangkal apa yang anda rasa. Jika anda sebetulnya berharga di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih baik darimu."

65. "Adakah yang lebih hina, daripada terkait kepada orang lain?"

66. "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula di dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan gampang mati, kadang kala timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."

67. "Sebab barang siapa tidak dapat merasakan sakit, dia juga kebal terhadap rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak terhitung dapat merasakan nikmat yang sesungguhnya."

68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang sanggup bertahan dalam topan semacam itu, mampu melawan kekejaman dan kekerasan dunia."

69. "Kesadaran anak-anak wajib dibangunkan, bahwa mereka kudu mencukupi panggilan budi dalam masyarakat terhadap bangsa yang akan mereka kemudikan."

70. "Petani terbaik tidak bakal memungut padi berasal dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak akan bisa terhitung pakar bangunan yang terbaik mendirikan gedung tanpa fondasi!"

Berita lainnya berkenaan Hari Kartini